Thursday, June 23, 2016

ARTIKEL PRAKTIK HEGEMONI KUASA DALAM DRAMA "PRESIDEN KITA TERCINTA" KARYA AGUS NOOR

PRAKTIK HEGEMONI KUASA DALAM DRAMA “PRESIDEN KITA TERCINTA” KARYA  AGUS NOOR
Mata KuliahTelaah Drama Indonesia

wps_clip_image-6148

Oleh:
NafisatunNurroh
121511133063
Kelas C

SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANNGGA
SURABAYA
2016

  
PENDAHULUAN
            Perkembangan drama di Indonesia tak sesemarak dan setua perkembangan puisi dan prosa.Jika puisi dan prosa mengenal puisi lama dan porsa lama, tak demikianlah dengan drama.Genre sastra drama di Indonesia benar-benar baru, seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, muncul pada tahun 1900-an. Drama adalah karya sastra yang ditulis untuk dipentaskan.Orang seringkali bingung membedakan antara drama, yang berkaitan dengan teks tertulis, atau naskah, atau script, untuk pementasan, dengan teater, yang menyangkut pementasan naskah drama atau script tersebut.Banyak sekali karya sastra terkenal, berpengaruh besar, serta bergengsi, ditulis dalam bentuk drama. Mulai dari tragedi-tragedi Yunani tentang Aeschylus, Sopochles, dan Euripides dan berkembang terus hingga drama-drama besar karya William Shakespeare dari Inggris, Moliere dari Perancis, Johan Wolfgang von Goethe dari Jerman, Henrik Ibsen dari Norwegia, dan August Strindberg dari Swedia. Di Barat, penghargaan terhadap drama begitu tinggi. 
            Dalam perkembangannya drama semakin mendapat tempat karena naskah-naskah tidak lagi hanya dipentaskan di panggung seperti Broadway, tetapi juga diangkat ke layar kaca atau layar lebar. Dengan semakin canggihnya perfilman, para penulis drama atau script film mendapat penghargaan yang tinggi pula karena sehebat apapun sebuah film, pada mulanya dia adalah sebuah screenplay atau script yang digarap sedemikian rupa oleh seorang sutradara beserta seluruh crew pembuat film (film maker). Jadi sebuah film dibuat oleh banyak orang, mulai dari penulis naskah dramanya (script writer), produser, sutradara, kameraman, hingga sopir yang membantu team pergi syuting ke sana kemari.
            Di era seperti sekarang ini, banyak sekali penelaah yang telah menelaah beberapa karya sastra baik puisi, prosa, maupun drama.Para penelaah tersebut menganalisis dari unsur intrinsik maupun ekstrinsik dari karya sastra tersebut. Pada kesempatan kali ini penelaah akan menganalisis suatu naskah drama yaitu tentang praktik hegemoni yang terdapat dalam naskah drama “Presiden Kita Tercinta” karya Agus Noor. Dalam drama ini penelaah  menganalisis drama tersebut, bahwa dalam drama terdapat praktik hegemoni yaitu adanya orang yang berkuasa dan adanya orang yang dikuasai. Pada drama ini digambarkan terjadinya hegemoni kuasa, perebutan tahta kekuasaan yang dialami Kolonel Kalawa Mepaki.Berawal dari presiden yang sengaja dibunuh, dan Kolonel Kalawa Mepaki tiba-tiba saja bertindak untuk bisa menggantikan posisi presiden.
Sebelumnya sudah ada beberapa penelaah yang telah menelaah naskah drama karya Agus Noor ini, diantaranya yaitu, Sifa Silvia Rahmawati, dalam penelaah yang dilakukannya menganalisis naskah drama tersebut dengan menggunakan pendekatan analisis post kolonial. Dalam telaahnya juga mengungkap tentang analisis struktural pada naskah drama.Penelaah lainnya yaitu Novita Wati, dalam penelaahannya menganalisis tentang analisis sintaksis dan semantik dalam naskah drama tersebut. Hal tersebut berbeda dengan penelaahan kali ini yaitu untuk  mengungkap praktik hegemoni yang terdapat dalam naskah drama tersebut. Praktik hegemoni tersebut dapat di lihat dalam peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam drama yaitu, penggulingan presiden dengan suatu kesengajaan, ketidakberlakuan lagi suatu konstitusi yang sewaktu presiden masih hidup sempat diberlakukan, pemilihan kandidat mentri yang dilakukan oleh sepihak, serta kesalahpahaman pelaksanaan demokrasi yang tidak sesuai dengan peraturan. Hal-hal itulah yang akan menjadi sub-sub tajuk dalam artikel ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggulingan Presiden
            Dalam naskah drama “ Presiden Kita Tercinta” terdapat beberapa konflik, diantaranya yaitu peristiwa penggulingan presiden dengan sengaja. Dalam naskah tersebut dijelaskan bahwa presidan yang ada pada waktu itu sengaja dibiarkan oleh sang istrinya sendiri terbunuh. Saat itu, Sang Istri presiden sudah tidak lagi menaruh harapan kepada Sang Suami. Menurut Sang Istri, suaminya menjadi seorang suami dan presiden  sudah terlalu tua dan kekuasaannya akan mulai rapuh. Sang Istri menaruh harapan harapan besar kepada seorang kolonel yaitu Kolonel Kalawa Mepaki untuk menggantikan kedudukan suaminya.Namun, Kolonel Kalawa Mepaki mencoba untuk menutupi perasaannya itu dengan bermain-main.
            Istri presiden mengaku bahwa dialah yang dipercaya oleh semua rakyat, sehingga dialah yang memegang kendali kekuasaan. Semua rakyat akan menurut kepadanya karena dialah yang selalu membagi-bagi makanan, memberi pakaian gratis, memeluk bayi-bayi mereka yang busung lapar. Istri presiden menganggap bahwa kekuasaan untuk menggantikan kedudukan Sang Suaminya sebagai presiden berada ditangannya.Sehingga yang ada dalam pikirannya yaitu dialah ibu Negara yang mempesona rakyatnya.Kalau sezseorang butuh kepercayaan rakyat maka seseorang tersebut juga membutuhkan kepercayaaan ibu Negara itu. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Dengan gayanya yang anggun, penuh kuasa, Lalita Maningka, mendekati Kolonel Kalawa.
Lalita Maningka, “Saya membiarkan suami saya terbunuh, karena saya yakin ini jalan terbaik bagi Republik ini. Sebagai Presiden dan suami, ia sudah tua. Ia sudah kehilangan arah. Kekuasaanya mulai rapuh… Ketika banyak kasuk-kusuk di kalangan Perwira, saya menaruh harapan besar pada kamu.Saat itu, aku yakin, kamu banteng muda yang dapat diandalkan.Maka, jari yang lembut ini pun diam-diam mulai melapangkan jalan buatmu.Apa kau tidak merasakan itu, Kolonel? Kamu, saat ini pasti masih menjadi Kopral ingusan, bila saya tak mengatur semuanya. Saya lakukan semua itu, Kolonel, karena saya pikir itu cara terbaik menyelamatkan negara ini dari perang saudara…”
Selama Nyonya Lalita Maningka bicara penuh aura kuasa seperti itu, Kolonel Kalawa Mepaki mencoba menutupi perasaannya dengan memain-mainkan koinnya. Melempar menangkap koin itu terus menerus.
Lalita Maningka, “Seperti Paman Gober, kamu boleh mempercayai koin keberuntunganmu. Tapi sayalah Evita Peron Republik ini.Yang membuat rakyat percaya pada mimpi.Harapan. Sayalah yang selalu tampil membagi-bagikan makanan, memberi pakaian gratis, memeluk bayi-bayi mereka yang busung lapar… Saya Ibu Negara yang mempesona mereka, Kolonel.Kalau Anda butuh kepercayaan rakyat, maka Anda membutuhkan kepercayaan saya!”
Selain dari kutipan diatas yang menguatkan bahwa penggulingan presiden dengan cara pembunuhan yang disengaja dapat dilihat pada kutipan berikut:
Kolonel Kalawa Mepaki, “Maaf, kalau saya mengganggu waktu sarapan pagi Tuan-tuan dengan undangan yang serba mendadak ini…”
Dengan mata elangnya, Kolonel Kalawa Mepaki menatap para senator itu.
Kolonel Kalawa Mepaki,“Tuan-tuan pasti sudah mendengar kabar kematian Tuan Presiden…”
Seseorang Senator, langsung memotong sinis,
“Kematian…, atau pembunuhan?! Itu dua hal yang berbeda, Kolonel!
Kolonel Kalawa Mepaki, “Saya bisa memahami situasi yang penuh kecurigaan seperti ini. Tapi saya bisa menegaskan: Berdasarkan Badan Informasi Intelejen, yang secara kebetulan ada dibawah komando saya, Tuan Presiden memang mati ditembak kaum anarkhis-revolusioner, yang didukung oleh apa yang di sebut Konspirasi Para Jenderal…”
Seseorang senator, yang bernama Awuk, segera bicara lantang,
Awuk,“Bagaimana dengan informasi lain, yang menyebutkan pasukan perang, yang juga secara kebetulan dibawah komando Anda, terlibat dalam penculikan Presiden itu? Apakah Anda hendak mengesampingkan informasi ini, Kolonel?”
Kolonel Kalawa Mepaki, “Tentu, saya akan perhatikan informasi itu…”
Suara Kolonel Kalawa Mepaki terdengar tegas, tetapi juga keras. Seperti menyiratkan tekanan dan ancaman.
Kolonel Kalawa Mepaki,“Dalam kekacauan seperti ini, tentu saja ada pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dengan menyebar informasi yang menyesatkan. Karena itu, hati-hatilah!! Siapa tahu informasi itu menjadi peluru yang mengancam keselamatan Tuan-tuan…”
Kolonel Kalawa Mepaki menatap tajam Awuk. Lalu melemparkan keping koinnya, melihatnya dengar cermat, baru melanjutkan bicara…
Kolonel Kalawa, “Saya hanya bisa menyarankan, pada Anda, Tuan…”
Awuk,“Awuk…”
Kolonel Kalawa, “Tuan Awuk… Tuan boleh mempercayai setiap informasi, sejauh informasi itu tidak bertentangan dengan informasi yang saya berikan. Saya berusaha mengendalikan semua kasak-kusuk yang menyesatkan…”
Seorang Senator,“Atas dasar apa, Anda merasa memiliki wewenang seperti itu, Kolonel?!”
Kolonel Kalawa Mepaki, “Mestikah saya membiarkan semua baku tembak itu terus berlangsung?”
            Berdasarkan kutipan dialog pada drama di atas dapat dijelaskan juga bahwa para Senator yang merupakan wakil raykat harus patuh pada Kolonel Malawa padahal kolonel tersebut bukan yang seharusnya bertindak setelah presiden mati. Pada dialog terakhir, digambarkan Kolonel mengancam para Senator jika mereka tidak menuruti kehendak Kolonel.

 Ketidakberlakuan Lagi Suatu Konstitusi
            Konflik lain yang terdapat pada drama tersebut yaitu ketidakberlakuan suatu konstitusi yang dulu sebelum presiden digulingkan sempat diberlakukan aturan konstitusi tersebut. Istri Presiden tidak percaya kepada suatu konstitusi. Kolonel Pitaya Mentala sempat menolak apa yang ada pada pikiran Istri Presiden ayng menolak konstitusi, namun Istri presiden tersebut tetep kekeh dengan apa yang dia kehendaki dengan tanpa menerima suatu alasan apapun. Istri Presiden tersebut hanya percaya pada koin keberuntungan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut:
Tuan Pitaya Mentala, “Itulah yang tadi ingin ane katakan pada Kolonel. Secara konstitusi kita musti secepatnya melakukan tindakan-tindakan yang bersifat konstitusional…”
Lalita Maningka, “Hentikan omong kosong soal konstitusi, Tuan Pitaya! Saya sama sekali tak percaya!”
Kolonel Kalawa Mepaki, menyela cepat, “Nyonya Lalita Maningka… Nada bicara Nyonya seakan-akan Nyonya yang memberi perintah di sini!!”
Lalita Maningka, “Syukurlah pendengaran Anda masih baik, Kolonel. Apakah Anda mengharap saya duduk manis melihat ini semua? Ingat, Kolonel, bagaimana pun saya adalah istri syah Presiden almarhum…”
Tuan Pitaya Mentala, “Dan secara konstitusi mewarisi tapuk kekuasaan tertinggi bila Presiden berhalangan secara tetap…”
Kolonel Kalawa Mepaki, “Nyonya Lalita tidak percaya pada konstitusi, Tuan Pitaya!”
Lalita Maningka, “Kalau yang ini saya percaya, Kolonel…”
Kolonel Kalawa Mepaki tampak geram, lantas mengeluarkan koin keberuntungannya. Melempar lalu tersenyum demi melihat isyarat dari keping keberuntungannya itu.
Kolonel Kalawa Mepaki, “Saya hanya percaya, kalau ini hari keberuntungan saya!”
Lalita Maningka, “Anda memang beruntung, Kolonel, karena saya tetap percaya pada Anda…”
            Dalam kutipan diatas terdapat percakapan-percakapan antara dua colonel yang saling berselisih pendapat yaitu Kolonel Pitaya Mentala yang selalu teguh dalam aturan Negara dan mementingkan konstitusi.Dan Kolonel Kalawa Mepaka yaitu kolonel yang dipihaki oleh Istri presiden (Lalita Maningka) dengan suatu kepercayaannya kepada sebuah koin keberuntungan.

Pemilihan Kandidat Mentri Secara Sepihak
            Praktik hegemoni yang ada dalam drama “ Presiden Kita tercinta” dapat ditandai dengan beberapa peristiwa yang ada dalam drama tesebut, yaitu pemilihan kandidat mentri yang dilakukan dengan cara sepihak dan memilihnya sesuai dengan keadaan hati Kolonel Kalawa Mepaka. Dia bertindak seakan-akan sebagai penguasa pemerintahan sehingga semuanya harus sesuai dengan keinginannya tanpa dimusyawarahkan terlebih dahulu. Bukti dari hal tersebut yaitu terdapat dalam kutipan berikut:
Tuan Pitaya Mentala, “Karna itulah, Kolonel…, mari kita bermusyawaroh tanpa su’udzon. Ada beberapa soal yang musti dibereskan. Berdasarkan konstitusi…”
Kolonel Kalawa Mepaki, “Langsung pada pokok perkara, Tuan Pitaya!!”
Tuan Pitaya Mentala, “Oh, iya, iya… Langkah konstitusional pertama, ialah mengangkat beberapa Menteri…”(Tuan Pitaya menyerahkan selembar daftar pada Kolonel Kalawa).
Tuan Pitaya Mentala, “Ane sudah menyusunnya. Tingal ente paraf.Yang nomor wahid adalah Kementerian Sumber Daya Moral dan Agama.Ente jangan sampai salah pilih mengangkat Menteri ini…”
Lalita Maningka, “Siapa calonnya?”
Tuan Pitaya Mentala, “Sudah barang tentu, yang paling pantas menjadi Menteri Sumber Daya Moral dan Agama adalah sohib ane: Habib Utawi Kadosta. Dia pemimpin spiritual kondang, Ketua Front Pembela Agama, pemegang monopoli kebenaran, dan tercatat sebagai satu-satunya calon penghuni surga dari kota kita… Bagaimana, Kolonel…”
Kolonel Kalawa melempar koinnya, melihat apa yang keluar di koin itu.
Kolonel Kalawa Mepaki, “Setuju!”
Tuan Pitaya Mentala, “Yang kedua soal Menteri Pendidikan…”
Kolonel Kalawa Mepaki, “Tidak perlu ada Kementerian Pendidikan. Cuman ngabis-ngabisin anggaran!”
Pada kutipan tersebut dapat dilihat suatu hegemoni kekuasaan yang dilakukan oleh Kolonel Kalawa Mepaki, dia sama sekali tidak menyinggung kemusyawarahan, dia sangat egois dengan koin keberuntungan yang dimilikinya. Dia bertindak seolah-olah dia sendiri yang berada dalam Negara itu, dia tidak melihat bahwa ada pejabat-pejabat lain yang juga mempunyai hak untuk ikut serta musyawarah dalam hal tersebut.Hal inilah yang menunjukkan adanya hegemoni kekuasaan yang dilakukan oleh Kolonel Kalawa Mepaki.
Kesalahpahaman Pelaksanaan Demokrasi
            Dalam drama “ Presiden Kita Tercinta” memang telah diselenggarakan asas demokrasi. Seperti dalam naskah telah disebutkan tentang demokrasi pemilihan presiden.Namun, penyelenggaraan demokrasi terebut tidaklah benar sesuai dengan aturan demokrasi yang ada.Dalam drama tersebut mereka menyalah artikan demokrasi, mereka menganggap bahwa demokrasi pemilihan presiden ini bagi setiap warga Negara memiliki hak untuk dipilih dan memilih serta mencalonkan diri.Bahkan dalam naskah drama disebutkan kalau pencalonan presiden tersebut wajib bagi setiap orang untuk mencalonkan dirinya.Prosedur mencalonkannya pun bisa secara langsung atau lewat SMS. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut yaitu:
Tuan Pitaya Mentala, “Saudara-saudara sebangsa setanah air. Sebagaimana diamanatkan konstitusi, setiap warga Negara berhak memilih dan dipilih jadi Presiden.Oleh karna itulah, siapa pun, baik yang merasa sehat mau pun tidak sehat jasmani dan rohaninya, wajib mendaftarkan dirinya. Yang tua, yang muda, ayo silahkan mencalonkan diri menjadi Presiden. Inilah saatnya ente-ente mengiklankan diri jadi pemimpin.Pendaftaran bisa secara langsung, atau lewat SMS.Tinggal ketik REG spasi PILPRES kirim ke Po Box 212.Keputusan pemenang bersifat mutlak, dan tidak bisa diganggu gugat. Barangsiapa yang tidak mencalonkan dan mendaftarkan dirinya menjadi Presiden, maka akan dianggap membanggkang dan merongrong stabilitas Negara. Nah, sekarang silakan ente-ente pada mendaftar.Mohon antri yang tertib, jangan rebutan kayak antri minyak atau sembako.”
Dengan iringan musik, orang-orang itu pun antri mendaftar. Para Serdadu yang menjadi Petugas Pendaftaran, mencatat, memeriksa mulut atau mata atau ketiak orang-orang yang mendaftar itu. Begitu selesai, orang itu langsung berjalan menuju ke arah dimana Kolonel Kalawa dan Tuan Pitaya berada. Tuan Pitaya mengamati calon di depannya itu dengan ketelitian juru taksir profesional pegadaian.Atau mengingatkan pada blantik sapi yang dengan teleti mengamati sapi yang hendak dibelinya. Sementara Kolenel Kalawa Mepaki langsung melemparkan koinnya, untuk memutuskan calon itu…
Kolonel Kalawa Mepaki, “Gagal!”
Lalu orang itu segera pergi, dan dilanjutkan giliran orang di belakangnya.
Kolonel Kalawa Mepaki, memainkan koinya, “Gagal!”
Dan orang itu pun segera pergi, dilanjutkan giliran orang di belakangnya.
Kolonel Kalawa Mepaki, memainkan koinya, “Gagal!”
            Dalam kutipan dapat dilihat bahwa, keputusan pemenang bersifat mutlak, dan tidak bisa diganggu gugat. Barang siapa yang tidak mencalonkan dan mendaftarkan dirinya menjadi presiden, maka akan dianggap membangkang dan merongrong stabilitas Negara. Selain itu pemilihan presiden juga bergantung pada koin keberuntungan yang dibawa oleh Kolonel Kalawa Mepaki.Hal ini sangatlah menunjukkan suatu pemerintahan yang tidak sesuai dengan peraturan.Menurut penelaah ini dapat dikatakan sebagai sebuah hegemoni kekuasan yang dilakukan dalam pemerintahan suatu Negara.

PENUTUP
            Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, praktik hegemoni dalam naskah tersebut dapat dibuktikan dari beberapa kutipan yang ada dalam naskah. Kutipan-kutipan tersebut yaitu berisi tentang penggulingan presiden dengan segaja dengan cara dibunuh dan istri presiden yang juga menggunakan kekuasaan sewenang-wenanang.  Istri presiden mengaku bahwa dialah yang dipercaya oleh semua rakyat, sehingga dialah yang memegang kendali kekuasaan. Semua rakyat akan menurut kepadanya karena dialah yang selalu membagi-bagi makanan, memberi pakaian gratis, memeluk bayi-bayi mereka yang busung lapar. Istri presiden menganggap bahwa kekuasaan untuk menggantikan kedudukan Sang Suaminya sebagai presiden berada ditangannya.Sehingga yang ada dalam pikirannya yaitu dialah ibu Negara yang mempesona rakyatnya.Kalau seseorang butuh kepercayaan rakyat maka seseorang tersebut juga membutuhkan kepercayaaan ibu Negara itu.
            Selain itu terlihat juga pada ketidakberlakuan suatu konstitusi yang dulu sebelum presiden digulingkan sempat diberlakukan aturan konstitusi tersebut.Istri Presiden tidak percaya kepada suatu konstitusi.Istri Presiden tersebut hanya percaya pada koin keberuntungan. Selanjutnya yaitu pemilihan kandidat mentri yang dilakukan dengan cara sepihak dan memilihnya sesuai dengan keadaan hati. Anggapan bahwa demokrasi pemilihan presiden ini bagi setiap warga Negara memiliki hak untuk dipilih dan memilih serta mencalonkan diri.Bahkan dalam naskah drama disebutkan kalau pencalonan presiden tersebut wajib bagi setiap orang untuk mencalonkan dirinya.Prosedur mencalonkannya pun bisa secara langsung atau lewat SMS.

DAFTAR PUSTAKA
Ninung, Theresia. 2009. Seluk Beluk Drama di Indonesia. (http://massofa.wordpress.com/2009/11/02/seluk-beluk-drama-di-indonesia/). Diakses pada 22 Juni 2016.Pukul 10.16 WIB.
Noor, Agus. 2008. Naskah Drama Presiden Kita Tercinta. (https://agusnoorfiles.wordpress.com/.../presiden-kita-tercinta-naskah-drama.). Diakses pada 18 Juni 2016.Pukul 09.28 WIB.
Rahmawati, Syifa Silvia. 2015. Analisis Struktur pada Drama.( http://syifasilviarahmawati.blogspot.co.id/2015/12/bab-ii-analisis-struktur-pada-drama.html). Diakses pada 22 Juni 2016.Pukul 09.14 WIB.
Sumardjo, Jakob. 2004. Perkembangan teater modern dan sastra drama Indonesia. Bandung: Angkasa.
Waluyo, J Herman. 2000. Drama: Teori dan Pengajarannya. Bandung: PT. Hanindita Graha Widya.


No comments:

Post a Comment