PRAKTIK HEGEMONI KUASA DALAM DRAMA
“PRESIDEN KITA TERCINTA” KARYA AGUS NOOR
Mata KuliahTelaah Drama Indonesia

Oleh:
NafisatunNurroh
121511133063
Kelas
C
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANNGGA
SURABAYA
2016
PENDAHULUAN
Perkembangan
drama di Indonesia tak sesemarak dan setua perkembangan puisi dan prosa.Jika
puisi dan prosa mengenal puisi lama dan porsa lama, tak demikianlah dengan drama.Genre
sastra drama di Indonesia benar-benar baru, seiring dengan perkembangan
pendidikan di Indonesia, muncul pada tahun 1900-an. Drama adalah karya sastra yang
ditulis untuk dipentaskan.Orang seringkali bingung membedakan antara drama,
yang berkaitan dengan teks tertulis, atau naskah, atau script, untuk
pementasan, dengan teater, yang menyangkut pementasan naskah drama atau script
tersebut.Banyak sekali karya sastra terkenal, berpengaruh besar, serta
bergengsi, ditulis dalam bentuk drama. Mulai dari tragedi-tragedi Yunani
tentang Aeschylus, Sopochles, dan Euripides dan berkembang terus hingga
drama-drama besar karya William Shakespeare dari Inggris, Moliere dari
Perancis, Johan Wolfgang von Goethe dari Jerman, Henrik Ibsen dari Norwegia,
dan August Strindberg dari Swedia. Di Barat, penghargaan terhadap drama begitu
tinggi.
Dalam
perkembangannya drama semakin mendapat tempat karena naskah-naskah tidak lagi
hanya dipentaskan di panggung seperti Broadway, tetapi juga diangkat ke layar
kaca atau layar lebar. Dengan semakin canggihnya perfilman, para penulis drama
atau script film mendapat penghargaan yang tinggi pula karena sehebat apapun
sebuah film, pada mulanya dia adalah sebuah screenplay atau script yang digarap
sedemikian rupa oleh seorang sutradara beserta seluruh crew pembuat film (film
maker). Jadi sebuah film dibuat oleh banyak orang, mulai dari penulis naskah
dramanya (script writer), produser, sutradara, kameraman, hingga sopir yang
membantu team pergi syuting ke sana kemari.
Di
era seperti sekarang ini, banyak sekali penelaah yang telah menelaah beberapa
karya sastra baik puisi, prosa, maupun drama.Para penelaah tersebut
menganalisis dari unsur intrinsik maupun ekstrinsik dari karya sastra tersebut.
Pada kesempatan kali ini penelaah akan menganalisis suatu naskah drama yaitu
tentang praktik hegemoni yang terdapat dalam naskah drama “Presiden Kita
Tercinta” karya Agus Noor. Dalam drama ini penelaah menganalisis drama tersebut, bahwa dalam
drama terdapat praktik hegemoni yaitu adanya orang yang berkuasa dan adanya
orang yang dikuasai. Pada drama ini digambarkan terjadinya hegemoni kuasa,
perebutan tahta kekuasaan yang dialami Kolonel Kalawa Mepaki.Berawal dari
presiden yang sengaja dibunuh, dan Kolonel Kalawa Mepaki tiba-tiba saja bertindak
untuk bisa menggantikan posisi presiden.
Sebelumnya
sudah ada beberapa penelaah yang telah menelaah naskah drama karya Agus Noor
ini, diantaranya yaitu, Sifa Silvia Rahmawati, dalam penelaah yang dilakukannya
menganalisis naskah drama tersebut dengan menggunakan pendekatan analisis post
kolonial. Dalam telaahnya juga mengungkap tentang analisis struktural pada
naskah drama.Penelaah lainnya yaitu Novita Wati, dalam penelaahannya
menganalisis tentang analisis sintaksis dan semantik dalam naskah drama tersebut.
Hal tersebut berbeda dengan penelaahan kali ini yaitu untuk mengungkap praktik hegemoni yang terdapat
dalam naskah drama tersebut. Praktik hegemoni tersebut dapat di lihat dalam
peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam drama yaitu, penggulingan presiden
dengan suatu kesengajaan, ketidakberlakuan lagi suatu konstitusi yang sewaktu
presiden masih hidup sempat diberlakukan, pemilihan kandidat mentri yang
dilakukan oleh sepihak, serta kesalahpahaman pelaksanaan demokrasi yang tidak
sesuai dengan peraturan. Hal-hal itulah yang akan menjadi sub-sub tajuk dalam artikel ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggulingan Presiden
Dalam
naskah drama “ Presiden Kita Tercinta” terdapat beberapa konflik, diantaranya
yaitu peristiwa penggulingan presiden dengan sengaja. Dalam naskah tersebut
dijelaskan bahwa presidan yang ada pada waktu itu sengaja dibiarkan oleh sang
istrinya sendiri terbunuh. Saat itu, Sang Istri presiden sudah tidak lagi
menaruh harapan kepada Sang Suami. Menurut Sang Istri, suaminya menjadi seorang
suami dan presiden sudah terlalu tua dan
kekuasaannya akan mulai rapuh. Sang Istri menaruh harapan harapan besar kepada
seorang kolonel yaitu Kolonel Kalawa Mepaki untuk menggantikan kedudukan
suaminya.Namun, Kolonel Kalawa Mepaki mencoba untuk menutupi perasaannya itu
dengan bermain-main.
Istri presiden mengaku bahwa dialah
yang dipercaya oleh semua rakyat, sehingga dialah yang memegang kendali kekuasaan.
Semua rakyat akan menurut kepadanya karena dialah yang selalu membagi-bagi
makanan, memberi pakaian gratis, memeluk bayi-bayi mereka yang busung lapar.
Istri presiden menganggap bahwa kekuasaan untuk menggantikan kedudukan Sang
Suaminya sebagai presiden berada ditangannya.Sehingga yang ada dalam pikirannya
yaitu dialah ibu Negara yang mempesona rakyatnya.Kalau sezseorang butuh
kepercayaan rakyat maka seseorang tersebut juga membutuhkan kepercayaaan ibu
Negara itu. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Dengan gayanya yang anggun, penuh kuasa, Lalita Maningka,
mendekati Kolonel Kalawa.
Lalita Maningka, “Saya membiarkan
suami saya terbunuh, karena saya yakin ini jalan terbaik bagi Republik ini.
Sebagai Presiden dan suami, ia sudah tua. Ia sudah kehilangan arah. Kekuasaanya
mulai rapuh… Ketika banyak kasuk-kusuk di kalangan Perwira, saya menaruh
harapan besar pada kamu.Saat itu, aku yakin, kamu banteng muda yang dapat
diandalkan.Maka, jari yang lembut ini pun diam-diam mulai melapangkan jalan buatmu.Apa
kau tidak merasakan itu, Kolonel? Kamu, saat ini pasti masih menjadi Kopral
ingusan, bila saya tak mengatur semuanya. Saya lakukan semua itu, Kolonel,
karena saya pikir itu cara terbaik menyelamatkan negara ini dari perang
saudara…”
Selama Nyonya Lalita Maningka bicara penuh aura kuasa seperti
itu, Kolonel Kalawa Mepaki mencoba menutupi perasaannya dengan memain-mainkan
koinnya. Melempar menangkap koin itu terus menerus.
Lalita Maningka, “Seperti Paman Gober,
kamu boleh mempercayai koin keberuntunganmu. Tapi sayalah Evita Peron Republik
ini.Yang membuat rakyat percaya pada mimpi.Harapan. Sayalah yang selalu tampil
membagi-bagikan makanan, memberi pakaian gratis, memeluk bayi-bayi mereka yang
busung lapar… Saya Ibu Negara yang mempesona mereka, Kolonel.Kalau Anda butuh
kepercayaan rakyat, maka Anda membutuhkan kepercayaan saya!”
Selain dari
kutipan diatas yang menguatkan bahwa penggulingan presiden dengan cara
pembunuhan yang disengaja dapat dilihat pada kutipan berikut:
Kolonel Kalawa Mepaki, “Maaf, kalau saya mengganggu waktu
sarapan pagi Tuan-tuan dengan undangan yang serba mendadak ini…”
Dengan mata elangnya, Kolonel Kalawa
Mepaki menatap para senator itu.
Kolonel Kalawa Mepaki,“Tuan-tuan pasti sudah mendengar
kabar kematian Tuan Presiden…”
Seseorang Senator, langsung memotong sinis,
“Kematian…,
atau pembunuhan?! Itu dua hal yang berbeda, Kolonel!
Kolonel Kalawa Mepaki, “Saya bisa memahami situasi yang
penuh kecurigaan seperti ini. Tapi saya bisa menegaskan: Berdasarkan Badan
Informasi Intelejen, yang secara
kebetulan ada dibawah komando saya, Tuan Presiden memang mati ditembak kaum
anarkhis-revolusioner, yang didukung oleh apa yang di sebut Konspirasi Para
Jenderal…”
Seseorang senator, yang bernama
Awuk, segera bicara lantang,
Awuk,“Bagaimana dengan informasi lain,
yang menyebutkan pasukan perang, yang juga secara
kebetulan dibawah komando Anda, terlibat dalam penculikan Presiden itu?
Apakah Anda hendak mengesampingkan informasi ini, Kolonel?”
Kolonel Kalawa Mepaki, “Tentu, saya akan perhatikan
informasi itu…”
Suara Kolonel Kalawa Mepaki
terdengar tegas, tetapi juga keras. Seperti menyiratkan tekanan dan ancaman.
Kolonel Kalawa Mepaki,“Dalam kekacauan seperti ini, tentu
saja ada pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dengan menyebar informasi
yang menyesatkan. Karena itu, hati-hatilah!! Siapa tahu informasi itu menjadi
peluru yang mengancam keselamatan Tuan-tuan…”
Kolonel Kalawa Mepaki menatap tajam
Awuk. Lalu melemparkan keping koinnya, melihatnya dengar cermat, baru
melanjutkan bicara…
Kolonel Kalawa, “Saya hanya bisa menyarankan, pada
Anda, Tuan…”
Awuk,“Awuk…”
Kolonel Kalawa, “Tuan Awuk… Tuan boleh mempercayai
setiap informasi, sejauh informasi itu tidak bertentangan dengan informasi yang
saya berikan. Saya berusaha mengendalikan semua kasak-kusuk yang menyesatkan…”
Seorang Senator,“Atas dasar apa, Anda merasa
memiliki wewenang seperti itu, Kolonel?!”
Kolonel Kalawa Mepaki, “Mestikah saya membiarkan semua
baku tembak itu terus berlangsung?”
Berdasarkan kutipan dialog pada drama di atas dapat
dijelaskan juga bahwa para Senator yang merupakan wakil raykat harus patuh pada
Kolonel Malawa padahal kolonel tersebut bukan yang seharusnya bertindak setelah
presiden mati. Pada dialog terakhir, digambarkan Kolonel mengancam para Senator
jika mereka tidak menuruti kehendak Kolonel.
Ketidakberlakuan
Lagi Suatu Konstitusi
Konflik lain
yang terdapat pada drama tersebut yaitu ketidakberlakuan suatu konstitusi yang
dulu sebelum presiden digulingkan sempat diberlakukan aturan konstitusi
tersebut. Istri Presiden tidak percaya kepada suatu konstitusi. Kolonel Pitaya
Mentala sempat menolak apa yang ada pada pikiran Istri Presiden ayng menolak
konstitusi, namun Istri presiden tersebut tetep kekeh dengan apa yang dia
kehendaki dengan tanpa menerima suatu alasan apapun. Istri Presiden tersebut
hanya percaya pada koin keberuntungan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut:
Tuan Pitaya Mentala, “Itulah yang
tadi ingin ane katakan pada Kolonel. Secara konstitusi kita musti
secepatnya melakukan tindakan-tindakan yang bersifat konstitusional…”
Lalita Maningka, “Hentikan omong
kosong soal konstitusi, Tuan Pitaya! Saya sama sekali tak percaya!”
Kolonel Kalawa Mepaki, menyela
cepat, “Nyonya Lalita Maningka… Nada bicara Nyonya seakan-akan Nyonya yang
memberi perintah di sini!!”
Lalita Maningka, “Syukurlah
pendengaran Anda masih baik, Kolonel. Apakah Anda mengharap saya duduk manis
melihat ini semua? Ingat, Kolonel, bagaimana pun saya adalah istri syah
Presiden almarhum…”
Tuan Pitaya Mentala, “Dan secara
konstitusi mewarisi tapuk kekuasaan tertinggi bila Presiden berhalangan secara
tetap…”
Kolonel Kalawa Mepaki, “Nyonya Lalita
tidak percaya pada konstitusi, Tuan Pitaya!”
Lalita Maningka, “Kalau yang ini saya
percaya, Kolonel…”
Kolonel Kalawa Mepaki tampak geram, lantas mengeluarkan koin
keberuntungannya. Melempar lalu tersenyum demi melihat isyarat dari keping keberuntungannya
itu.
Kolonel Kalawa Mepaki, “Saya hanya
percaya, kalau ini hari keberuntungan saya!”
Lalita Maningka, “Anda memang
beruntung, Kolonel, karena saya tetap percaya pada Anda…”
Dalam
kutipan diatas terdapat percakapan-percakapan antara dua colonel yang saling
berselisih pendapat yaitu Kolonel Pitaya Mentala yang selalu teguh dalam aturan
Negara dan mementingkan konstitusi.Dan Kolonel Kalawa Mepaka yaitu kolonel yang
dipihaki oleh Istri presiden (Lalita Maningka) dengan suatu kepercayaannya kepada
sebuah koin keberuntungan.
Pemilihan Kandidat Mentri Secara
Sepihak
Praktik
hegemoni yang ada dalam drama “ Presiden Kita tercinta” dapat ditandai dengan
beberapa peristiwa yang ada dalam drama tesebut, yaitu pemilihan kandidat
mentri yang dilakukan dengan cara sepihak dan memilihnya sesuai dengan keadaan
hati Kolonel Kalawa Mepaka. Dia bertindak seakan-akan sebagai penguasa
pemerintahan sehingga semuanya harus sesuai dengan keinginannya tanpa
dimusyawarahkan terlebih dahulu. Bukti dari hal tersebut yaitu terdapat dalam
kutipan berikut:
Tuan Pitaya Mentala, “Karna itulah,
Kolonel…, mari kita bermusyawaroh tanpa su’udzon. Ada beberapa soal
yang musti dibereskan. Berdasarkan konstitusi…”
Kolonel Kalawa Mepaki, “Langsung pada
pokok perkara, Tuan Pitaya!!”
Tuan Pitaya Mentala, “Oh, iya, iya…
Langkah konstitusional pertama, ialah mengangkat beberapa Menteri…”(Tuan
Pitaya menyerahkan selembar daftar pada Kolonel Kalawa).
Tuan Pitaya Mentala, “Ane sudah
menyusunnya. Tingal ente paraf.Yang nomor wahid adalah Kementerian
Sumber Daya Moral dan Agama.Ente jangan sampai salah pilih mengangkat
Menteri ini…”
Lalita Maningka, “Siapa calonnya?”
Tuan Pitaya Mentala, “Sudah barang
tentu, yang paling pantas menjadi Menteri Sumber Daya Moral dan Agama adalah
sohib ane: Habib Utawi Kadosta. Dia pemimpin spiritual kondang, Ketua
Front Pembela Agama, pemegang monopoli kebenaran, dan tercatat sebagai
satu-satunya calon penghuni surga dari kota kita… Bagaimana, Kolonel…”
Kolonel Kalawa melempar koinnya, melihat apa yang keluar di
koin itu.
Kolonel Kalawa Mepaki, “Setuju!”
Tuan Pitaya Mentala, “Yang kedua
soal Menteri Pendidikan…”
Kolonel Kalawa Mepaki, “Tidak perlu
ada Kementerian Pendidikan. Cuman ngabis-ngabisin anggaran!”
Pada kutipan tersebut dapat dilihat
suatu hegemoni kekuasaan yang dilakukan oleh Kolonel Kalawa Mepaki, dia sama
sekali tidak menyinggung kemusyawarahan, dia sangat egois dengan koin
keberuntungan yang dimilikinya. Dia bertindak seolah-olah dia sendiri yang
berada dalam Negara itu, dia tidak melihat bahwa ada pejabat-pejabat lain yang
juga mempunyai hak untuk ikut serta musyawarah dalam hal tersebut.Hal inilah
yang menunjukkan adanya hegemoni kekuasaan yang dilakukan oleh Kolonel Kalawa
Mepaki.
Kesalahpahaman Pelaksanaan Demokrasi
Dalam
drama “ Presiden Kita Tercinta” memang telah diselenggarakan asas demokrasi.
Seperti dalam naskah telah disebutkan tentang demokrasi pemilihan
presiden.Namun, penyelenggaraan demokrasi terebut tidaklah benar sesuai dengan
aturan demokrasi yang ada.Dalam drama tersebut mereka menyalah artikan
demokrasi, mereka menganggap bahwa demokrasi pemilihan presiden ini bagi setiap
warga Negara memiliki hak untuk dipilih dan memilih serta mencalonkan
diri.Bahkan dalam naskah drama disebutkan kalau pencalonan presiden tersebut
wajib bagi setiap orang untuk mencalonkan dirinya.Prosedur mencalonkannya pun
bisa secara langsung atau lewat SMS. Seperti yang terdapat dalam kutipan
berikut yaitu:
Tuan Pitaya Mentala,
“Saudara-saudara sebangsa setanah air. Sebagaimana diamanatkan konstitusi, setiap
warga Negara berhak memilih dan dipilih jadi Presiden.Oleh karna itulah, siapa
pun, baik yang merasa sehat mau pun tidak sehat jasmani dan rohaninya, wajib
mendaftarkan dirinya. Yang tua, yang muda, ayo silahkan mencalonkan diri
menjadi Presiden. Inilah saatnya ente-ente mengiklankan diri jadi
pemimpin.Pendaftaran bisa secara langsung, atau lewat SMS.Tinggal ketik REG
spasi PILPRES kirim ke Po Box 212.Keputusan pemenang bersifat mutlak, dan tidak
bisa diganggu gugat. Barangsiapa yang tidak mencalonkan dan mendaftarkan
dirinya menjadi Presiden, maka akan dianggap membanggkang dan merongrong
stabilitas Negara. Nah, sekarang silakan ente-ente pada
mendaftar.Mohon antri yang tertib, jangan rebutan kayak antri minyak atau
sembako.”
Dengan iringan musik, orang-orang itu pun antri mendaftar.
Para Serdadu yang menjadi Petugas Pendaftaran, mencatat, memeriksa mulut atau
mata atau ketiak orang-orang yang mendaftar itu. Begitu selesai, orang itu
langsung berjalan menuju ke arah dimana Kolonel Kalawa dan Tuan Pitaya berada.
Tuan Pitaya mengamati calon di depannya itu dengan ketelitian juru taksir
profesional pegadaian.Atau mengingatkan pada blantik sapi yang dengan teleti
mengamati sapi yang hendak dibelinya. Sementara Kolenel Kalawa Mepaki langsung
melemparkan koinnya, untuk memutuskan calon itu…
Kolonel Kalawa Mepaki, “Gagal!”
Lalu orang itu segera pergi, dan dilanjutkan giliran orang di
belakangnya.
Kolonel Kalawa Mepaki, memainkan
koinya, “Gagal!”
Dan orang itu pun segera pergi, dilanjutkan giliran orang di
belakangnya.
Kolonel Kalawa Mepaki, memainkan
koinya, “Gagal!”
Dalam
kutipan dapat dilihat bahwa, keputusan pemenang bersifat mutlak, dan tidak bisa
diganggu gugat. Barang siapa yang tidak mencalonkan dan mendaftarkan dirinya
menjadi presiden, maka akan dianggap membangkang dan merongrong stabilitas
Negara. Selain itu pemilihan presiden juga bergantung pada koin keberuntungan
yang dibawa oleh Kolonel Kalawa Mepaki.Hal ini sangatlah menunjukkan suatu
pemerintahan yang tidak sesuai dengan peraturan.Menurut penelaah ini dapat
dikatakan sebagai sebuah hegemoni kekuasan yang dilakukan dalam pemerintahan
suatu Negara.
PENUTUP
Berdasarkan
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, praktik hegemoni dalam naskah
tersebut dapat dibuktikan dari beberapa kutipan yang ada dalam naskah.
Kutipan-kutipan tersebut yaitu berisi tentang penggulingan presiden dengan
segaja dengan cara dibunuh dan istri presiden yang juga menggunakan kekuasaan
sewenang-wenanang. Istri presiden mengaku bahwa dialah yang
dipercaya oleh semua rakyat, sehingga dialah yang memegang kendali kekuasaan.
Semua rakyat akan menurut kepadanya karena dialah yang selalu membagi-bagi
makanan, memberi pakaian gratis, memeluk bayi-bayi mereka yang busung lapar.
Istri presiden menganggap bahwa kekuasaan untuk menggantikan kedudukan Sang
Suaminya sebagai presiden berada ditangannya.Sehingga yang ada dalam pikirannya
yaitu dialah ibu Negara yang mempesona rakyatnya.Kalau seseorang butuh
kepercayaan rakyat maka seseorang tersebut juga membutuhkan kepercayaaan ibu
Negara itu.
Selain
itu terlihat juga pada ketidakberlakuan suatu konstitusi yang dulu sebelum
presiden digulingkan sempat diberlakukan aturan konstitusi tersebut.Istri
Presiden tidak percaya kepada suatu konstitusi.Istri Presiden tersebut hanya
percaya pada koin keberuntungan. Selanjutnya yaitu pemilihan kandidat
mentri yang dilakukan dengan cara sepihak dan memilihnya sesuai dengan keadaan
hati. Anggapan bahwa demokrasi pemilihan presiden ini bagi setiap warga Negara
memiliki hak untuk dipilih dan memilih serta mencalonkan diri.Bahkan dalam
naskah drama disebutkan kalau pencalonan presiden tersebut wajib bagi setiap
orang untuk mencalonkan dirinya.Prosedur mencalonkannya pun bisa secara
langsung atau lewat SMS.
DAFTAR PUSTAKA
Ninung, Theresia. 2009. Seluk Beluk
Drama di Indonesia. (http://massofa.wordpress.com/2009/11/02/seluk-beluk-drama-di-indonesia/).
Diakses pada 22 Juni 2016.Pukul 10.16 WIB.
Noor, Agus. 2008. Naskah Drama
Presiden Kita Tercinta. (https://agusnoorfiles.wordpress.com/.../presiden-kita-tercinta-naskah-drama.). Diakses pada 18 Juni 2016.Pukul 09.28 WIB.
Rahmawati,
Syifa Silvia. 2015. Analisis Struktur
pada Drama.( http://syifasilviarahmawati.blogspot.co.id/2015/12/bab-ii-analisis-struktur-pada-drama.html).
Diakses pada 22 Juni 2016.Pukul 09.14 WIB.
Sumardjo,
Jakob. 2004. Perkembangan
teater modern dan sastra drama Indonesia. Bandung: Angkasa.
Waluyo, J Herman. 2000. Drama: Teori dan Pengajarannya. Bandung: PT.
Hanindita Graha Widya.
No comments:
Post a Comment