Analisis Medan Makna dan Komponen
Makna
dalam Puisi “Sujud” dan “Cintamu”
Karya A. Mustofa Bisri
Tugas
Akhir Mata Kuliah
Semantik

Oleh
Nafisatun
Nurroh
121511133063
Kelas
C
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
Analisis Medan Makna dan Komponen
Makna
dalam Puisi “Sujud” dan “Cintamu”
Karya A. Mustofa Bisri
Pendahuluan
Karya
sastra puisi merupakan satu dari sekian banyak sastra yang cukup menarik untuk
dipelajari dan dianalisis. Dalam setiap puisi memiliki struktur kepuitisan yang
berbeda-beda tergantung si pencipta puisi. Setiap puisi juga memiliki kandungan
medan makna dan komponen makna yang berbeda-beda pula. Untuk itu perlu
diketahui mengenai medan makna dan komponen makna yang terdapat dalam puisi
tersebut. Medan makna yaitu seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling
berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas
dalam alam semesta tertentu. Sedangkan komponen makna adalah makna yang
dimiliki oleh setiap kata, leksem, atau butir leksikal tertentu yang terkandung
di dalamnya.
Puisis A. Mustofa Bisri yang
berjudul “Sujud” dan “Cintamu” merupakan satu kesatuan dari dua puisi A.
Mustofa Bisri, masing-masing puisi memiliki makna tersendiri. Setiap makna
puisi tergantung pembacanya, seberapa besar kadar apresiatif pembaca, semakin
besar kadar apresiatisnya semakin mendalam pula makna isi yang dipahaminya.
Namun, dalam analisis kali ini tidak akan membahas mengenai isi yang dikandung
dalam puisi A. Mustofa Bisri yang berjudul “Sujud” dan “Cintamu”, melainkan
akan mengkaji mengenai penggunaan bahasa dalam puisi tersebut. Analisisnya
yaitu dengan menganalisis medan makna serta komponen makna ynag terkandung dalam
puisi A. Mustofa Bisri itu.
Terdapat beberapa kelompok medan
makna yang dapat dibuat dari setiap bahasa. Pengelompokan kata-kata tersebut
berdasarkan maknanya sangat tergantung pada konsep budaya masing-masing
masyarakat pemakai bahasa itu. Namun, pada analisis kali ini akan mengelompokkan
medan makna berdasarkan sifat hubungan semantisnya. Berdasarkan hubungan sifat
semantis, medan makna dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok medan
kolokasi dan medan set. Sedangkan
komponen makna dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan dari bentuk-bentuk
yang bersinonim. Untuk lebih detailnya mengenai medan makna dan komponen makna
akan dibahas lagi dalam pembahasan yang selanjutnya.
Landasan Teori
Medan
makna atau biasa disebut dengan medan leksikal adalah seperangkat unsur
leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari
bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Banyaknya unsur
leksikal dalam satu medan makna antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain
tidak sama besarnya, karena hal tersebut berkaitan erat dengan sistem budaya
masyarakat pemilik bahasa itu. Di dalam buku Thesaurus of English Word and Phrases Clasified and arranged so as to
Facilitate the expression of Ideas and Assist in Literacy Composition oleh Peter Mark Roget (1779-1868) terdapat 1.042
kelompok medan makna yang keseluruhannya terdiri dari 250.000 kata dan frase. Namun,
dalam studi makna ini, seperti yang dilakukan Nida (1974 dan 1975), kata-kata biasanya
dibagi atas empat kelompok, yaitu kelompok bendaan (entiti), kelompok kejadian
atau peristiwa (event), kelompok abstrak, dan kelompok relasi. Anggota kelompok
kebendaan dan peristiwa tampaknya tidak terbatas, tetapi dua kelompok terakhir
bersifat terbatas.
Kata-kata atau leksem-leksem yang
mengelompok dalam satu medan makna, berdasarkan sifat hubungan semantisnya
dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan medan set. Kolokasi menunjuk
pada hubungan sintagmatik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-unsur
leksikal. Kolokasi menunjukkan pada hubungan yang sintagmatik, karena sifatnya
yang linier, maka kelompok set menunjuk pada hubungan paradigmatik, karena
kata-kata yang berada dalam satu kelompok set itu saling bisa disubstitudikan.
Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai kelas yang sama, dan
tampaknya juga merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam set dibatasi oleh
tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota lain dalam set itu.
Sedangkan komponen makna adalah
makna yang dimiliki oleh setiap kata, leksem, atau butir leksikal tertentu yang
terkandung di dalam bahasa tersebut. Komponen makna dalam bukunya Abdul Chaer
dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu berdasarkan
“pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Analisis komponen ini dapat
dimanfaatkan untuk mencari perbedaan dari bentuk-bentuk yang bersinonim, selain
itu juga dapat untuk memprediksi makna-makna gramatikal afiksasi, reduplikasi,
dan komposisi dalam bahasa Indonesia.
Pembahasan
Lirik
puisi “Sujud” dan “Cintamu” karya A. Mustofa Bisri:
Sujud
Bagaimana kau hendak bersujud pasrah, sedang
Wajahmu yang bersih bersinar sumringah,
Keningmu yang mulia dan indah begitu pogah
Minta sajadah agar tak menyentuh tanah
Apakah kau melihatnya saat iblis menolak
Menyembah bapamu dengan congkak
Tanah hanya patut diinjak, tempat kencing dan berak,
Membuang ludah dan dahak
Atau paling jauh hanya lahan pemanjaan nafsu serakah
dan tamak
Apakah kau lupa bahwa
tanah adalah bapa dari mana ibumu dilahirkan
Tanah adalah ibu yang menyusuimu dan memberi makan
Tanah adalah kawan yang memelukmu dalam kesendirian
dalam perjalanan panjang menuju keabadian
Singkirkan saja sajadah mahalmu
Ratakan keningmu
Ratakan heningmu Tanahkan wajahmu
Pasrahkan jiwamu
Biarlah rahmat agung Allah membelaimu dan
Terbanglah kekasih.
Cintamu
Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu
Rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
Datanglah aku akan berlari menyambutmu
Tapi kau terus sibuk dengan dirimu
Kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
Tanpa meski sekedar melongokku
Kau hanya membayangkan dan menggambarkan diriku
Lalu kau rayu aku dari kejauhan
Kau merayu dan memujaku
Bukan untuk mendapatkan cintaku
Tapi sekedar memuaskan egomu
Kau memarahi mereka
Yang berusaha mendekatiku
Seolah-olah aku sudah menjadi kekasihmu
Apakah karena kau cemburu buta
Atau takut mereka lebih tulus mencintaiku
Pulanglah ke dirimu
Aku tak kemana mana
Medan
Makna dalam Puisi “Sujud” dan “Cintamu”
Medan
makna merupakan seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Kata-kata
atau leksem-leksem dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan atas
kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik yang dimiliki
kata-kata itu. Berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok medan kolokasi dan medan set. Kolokasi menunjuk
pada hubungan sintagmatik yang terdapat dalam kata-kata atau unsur-unsur
leksikal itu. Makna kolokasi yaitu makna kata tertentu yang berkenaan dengan
keterikatan kata tersebut dengan kata lain. atau bisa dikatakan juga dengan
berada pada tempat yang sama atau setara. Seperti kita dapati kata-kata layar, perahu,, nelayan, badai ombak, dan
tengelam yang merupakan kata-kata dalam satu kolokasi, satu tempat, atau
lingkungan yang sama.
Dalam puisi “Sujud” dan “Cintamu”
karya A. Mustofa Bisri ditemukan medan makna kolokasi yaitu : Sajadah,
menyentuh tanah, menyembah, tanah, Ratakan kening, dalam kata-kata ini
dapat kita kelompokkan menjadi kelompok medan makna kolokasi karena mereka
memiliki satu kolokasi yaitu yang berhubungan dengan sujud. Kelompok medan
makna kolokasi lain yang dapat ditemukan yaitu: bersinar, sumringah, pasrah, membayangkan,merupakan kata-kata dalam
satu kolokasi, yaitu berkenaan dengan sebuah ekspresi pada wajah. Kata-kata
lain yaitu: congkak, serakah, tamak,
memuaskan ego, juga merupakan dalam satu medan makna kolokasi yaitu
berkenaan dengan sifat-sifat buruk. Kencing,
berak, membuang ludah, dahak, merupakan medan makna kolokasi berupa suatu
kegiatan ekskresi.
Sedangkan kelompok medan makna set yaitu
hubungan paradigmatik karena dapat saling menggantikan. Kata-kata yang berada
dalam satu kelompok set itu saling bisa disubstitusikan. Sekelompok kata yang
merupakan satu set biasanya mempunyai kelas yang sama, dan tampaknya juga
merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam set dibatasi oleh tempatnya dalam
hubungan dengan anggota-anggota lain dalam set itu. Seperti contoh: remaja, merupakan tahap perkembangan
dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Sedangkan sejuk merupakan suhu di
antara dingin dan hangat. Maka kalau kata-kata yang satu
set dengan remaja dan sejuk dibangankan akan menjadi sebagai
berikut:
Manula/lansia
Dewasa
Remaja
Kanak-kanak
Bayi
Terik
Panas
Hangat
Sejuk
dingin
Dalam
puisi “Sujud” dan “Cintamu” karya A. Mustofa Bisri ditemukan
kelompok medan makna set yaitu:
Pogah
Serakah
Tamak
Congkak
Dalam hal ini, kelompok kata di atas
dapat dikategorikan sebagai kelompok medan makna set karena kata-kata di atas
berasal dari kelas kata yang sama yaitu berupa kata sifat yang masing-masing
kata tersebut juga dapat didistribusikan. Sebagai contoh yaitu:
Santi
dibenci teman-temannya karena dia sangat serakah.
Santi
dibenci teman-temannya karena dia sangat tamak.
Pada kalimat diatas, kata yang
bercetak miring dapat diganti dengan menggunakan kata-kata lain yang berasal
dari satu kelompok medan makna set diatas, yaitu bisa diganti dengan kata pogah, serakah, tamak, maupun congkak.
Komponen
Makna dalam Puisi “Sujud” dan “Cintamu”
Setiap
kata, leksem, atau butir leksikal tentu mempunyai makna. Makna yang dimiliki
oleh setiap kata itu sendiri kata itu tersendiri dari sejumlah komponen, yang
membentuk keseluruhan makna kata itu. Setiap kata atau unsur leksikal terdiri
dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna
unsur leksikal. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan
satu persatu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Seperti
contoh: kata ayah memiliki komponen
makna /+manusia/, /+dewasa/,/+jantan/,/+kawin/, dan /+punya anak/. Dan kata ibu memiliki komponen makna /+manusia/,
/+dewasa/,/-jantan/,/+kawin/, dan /+punya anak/. Kalau dibandingkan komponen kata ayah dan ibu akan tampak bagan sebagai berikut:
Komponen makna
|
Ayah
|
Ibu
|
1.
Manusia
|
+
|
+
|
2.
Dewasa
|
+
|
+
|
3.
Jantan
|
+
|
-
|
4.
Kawin
|
+
|
+
|
5.
Punya Anak
|
+
|
+
|
Dalam puisi “Sujud” dan “Cintamu” karya A. Mustofa Bisri ditemukan
komponen makna yaitu: ibu dan bapa, dapat dibuat bagan sebagai berikut.
Komponen makna
|
Ibu
|
Bapa
|
1.
Manusia
|
+
|
+
|
2.
Dewasa
|
+
|
+
|
3.
Menyusui
|
+
|
-
|
4.
Kawin
|
+
|
+
|
5.
Punya Anak
|
+
|
+
|
Dari
tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, makna kata ibu dan bapa hanyalah
beda komponen makna /menyusui/ : ibu memiliki komponen makna itu,
sedangkan bapa tidak memilikinya.
Selain kata tersebut tidak ditemukan komponen makna lainnya dalam puisi
tersebut.
Simpulan
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa puisi “Sujud” dan “Cintamu” karya A.
Mustofa Bisri memiliki medan makna dan komponen makna. Medan makna atau biasa
disebut dengan medan leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya
saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau
realitas dalam alam semesta tertentu. Sedangkan komponen makna adalah makna
yang dimiliki oleh setiap kata, leksem, atau butir leksikal tertentu yang
terkandung di dalamnya.
Dari dalam puisi tersebut ditemukan
medan makna kolokasi yaitu, Sajadah,
menyentuh tanah, menyembah, tanah, Ratakan kening,(berkenaan dengan sujud);
congkak, serakah, tamak, memuaskan ego(berkenaan
dengan sifat buruk); dan Kencing, berak, membuang
ludah, dahak (kegiatan ekskresi). Ditemukan pula kelompok medan makna set
yaitu: congkak, serakah, tamak (berasal
dari satu kelas kata dan dapat didistribusikan). Sedangkan komponen makna
ditemukan kata bapa dan ibu. Mereka berbeda hanya dalam komponen
menyusui.
Daftar Pustaka
Baihaqi, dedik. 2012. Kumpulan Puisi Gus
Mus. (http//:dedikbaihaqi.blogspot/2012/kumpulan-puisi-gus-mus/html). Diakses
pada 02 Juli 2017. Pukul 11.02 WIB.
Chaer,
Abdul. 2014. Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Roget, Peter Mark. 1868.Thesaurus
of English Word and Phrases Clasified and arranged so as to Facilitate the
expression of Ideas and Assist in Literacy Composition. Oxford: Basil
Blackwell Ltd.
Wachid,
Abdul. 2010. Analisis Struktural Semiotik.
Yogyakarta: Cinta Buku.
No comments:
Post a Comment